Kamis, 07 Maret 2024

Karya Tulis Ilmiah ^^ Peranan dan Perkembangan Keraton Surosowan Banten

KARYA TULIS ILMIAH PERANAN DAN PERKEMBANGAN KERATON SUROSOWAN BANTEN Disusun oleh: 1. Amanda 2. Eliza Maya 3. Muhammad Rasya 4. Bunga Aulia 5. Dedeh Padilah 6. Chaterine Amelia Kencana 7. Eliawati 8. Muhammad Munasrullah SMA NURUL HUDA CISOKA JL. RAYA CISOKA-MEGU KP. SECANG RT.05/ 04 KEL. CEMPAKA KEC.CISOKA KAB.TANGERANG BANTEN Abstrak Surosowan Palace is a palace in Banten. The existence of the Keraton in a kingdom is very important because it is the main building, namely as the center of the central Kingdom. During the reign of Banten, the building of the palace was then upgraded, and it is said that it also involved a Dutch builder, Hendrik Lucasz Cardeel, a Dutch architect who embraced Islam and held the title Prince Wiraguna. The 2 meter high dividing wall surrounds the palace area of approximately 3 hectares. Surowowan is similar to a strong Dutch fort with bastions (diamond-shaped corners of the fort) on the four corners of the building. So that in its heyday Banten was also called the City of Diamonds. Currently, the buildings inside the palace walls are no longer intact. It left only the ruins of the walls and foundations of the tens of square rooms. Abstrak Keraton surosowan adalah sebuah keraton di Banten. Keberadaan Keraton dalam suatu kerajaan sangatlah berperan penting karena sebagai bangunan inti yaitu sebagai pusat Kerajaan pusat. Pada masa penguasa Banten selanjutnya bangunan keraton ini ditingkatkan bahkan konon juga melibatkan ahli bangunan asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel, seorang arsitek berkebangsaan Belanda yang memeluk Islam yang bergelar Pangeran Wiraguna. Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area keraton sekitar kurang lebih 3 hektare. Surosowan mirip sebuah benteng Belanda yang kokoh dengan bastion (sudut benteng yang berbentuk intan) di empat sudut bangunannya. Sehingga pada masa jayanya Banten juga disebut dengan Kota Intan. Saat ini bangunan di dalam dinding keraton tak ada lagi yang utuh. Hanya menyisakan runtuhan dinding dan pondasi kamar-kamar berdenah persegi empat yang jumlahnya puluhan. LEMBAR PENGESAHAN Karya tulis ilmiah yang berjudul “PERANAN DAN PERKEMBANGAN KERATON SUROSOWAN BANTEN” telah diajukan dalam studi tur SMA Nurul Huda Cisoka. Pada hari Sabtu, 17 Februari 2024. Cisoka, 26 Februari 2024 Menyetujui, Pembimbing Penguji LIYA SUPLIANA, S.Pd. HAERUDIN, S.Pd Kepala sekolah SMA NURUL HUDA AHMAD RIFAI, S.E. KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Wr. Wb. Dengan rasa syukur dan tawadhu penyusun panjatkan kehadirat ilahi Robbi dengan sifat rahman dan rahim-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Walaupun masih jauh dari kesempurnaan yang diharapkan. Shalawat dan salam keberkahan semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW dan kepada keluarga, para sahabat, para pewaris dan penerus risalah-nya. Dalam penyusunan karya ilmiah ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari semua pihak, untuk itu, kami mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Bapak Ahmad Rifai, S.E. selaku kepala sekolah SMA NURUL HUDA CISOKA. 2. Orang Tua kami Masing-masing yang setia mendukung dan memberikan motivasi. 3. Ibu Liya Supliana, S.Pd. selaku Pembimbing yang sudah meluangkan waktunya untuk mengajari dan membimbing kami. 3. Rekan- rekan yang memberikan support dan kerjasama. 4. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan,Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan karya ilmiah ini. Akhir kata penyusun mengucapkan banyak terima kasih, semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kami khususnya dan bagi para pembaca umumnya. Cisoka, 26 Februari 2024 Penyusun DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK ………………………………………………………………………….i LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................... ii KATA PENGANTAR.............................................................................................. iii DAFTAR ISI............................................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang................................................................................................. 1 B. Rumusan masalah............................................................................................ 2 C. Tujuan penulisan.............................................................................................. 2 D. Manfaat penulisan............................................................................................ 2 E. Sistematika penulisan ...................................................................................... 2 BAB II LANDASAN TEORI BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Keraton ………………................................................................. 4 B. Fungsi dan Peran Keraton ……………………............................................... 4 C. Sejarah keraton Surosowan Banten.................................................................. 5 D. Kajian Arkeologi Keraton Surosowan Banten................................................. 8 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................................... 12 B. Kritik Dan Saran................................................ ........................................... 12 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 14 LAMPIRAN.............................................................................................................. 15 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banten merupakan salah satu provinsi dalam NKRI yang letaknya sangat strategis, ditetapkan pada tanggal 17 Oktober tahun 2000 berdasarkan UU No.23 tahun 2000. Sebelumnya Banten merupakan bagian wilayah Jawa Barat, berada di antara jalur lalu lintas ekonomi antara Jawa dan Sumatra yang menjadi urat nadi perekonomian di tanah air. Banten dahulu dikenal dengan nama Bantam pada masa lalu merupakan sebuah daerah dengan kota pelabuhan yang sangat ramai, serta dengan masyarakat yang terbuka dan makmur. Banten mempunyai latar belakang sejarah yang sangat panjang. Daerah Banten yang kini merupakan salah satu provinsi di Indonesia tergolong kaya akan warisan budaya dari berbagai masa yaitu Prasejarah, Hindu-Budha ( atau Klasik), Islam, Kolonial dan Kemerdekaan. Dari warisan budaya yang paling menonjol ialah yang berasal dari masa Islam berupa bekas perkotaan yang tumbuh dan berkembang hingga mencapai kejayaannya sekitar abad XVII. Provinsi Banten yang kaya akan sejarahnya ditandai dengan banyaknya museum yang dimiliki oleh provinsi ini, diantara museum-museum yang terdapat di Banten yaitu: Museum Benteng Heritage, Museum Multatuli, Museum Negeri Provinsi Banten, Museum Sepeda Keliling Dunia, Museum Tari & Musik Nusantara, Museum Universitas Pelita Harapan (MUPH), dan Museum situs Kepurbakalaan Banten Lama. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis mencoba menyusun karya ilmiah yang berjudul ”PERANAN DAN PERKEMBANGAN KERATON SUROSOWAN BANTEN “ B. Rumusan Masalah Berdasarkan pertimbangan historis dan pemikiran yang dipaparkan dalam pembahasan di atas, Karya Tulis Ilmiah ini memfokuskan kajian terhadap “Peranan dan Perkembangan Keraton Surosowan Banten” Pelacakan terhadap kajian diatas didasarkan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah Keraton Surosowan Banten? 2. Apa saja fungsi dan peran dari Keraton Surosowan Banten? 3. Bagaimana Kajian Arkeologi Keraton Surosowan Banten? C. Tujuan Penulisan Tujuan Penelitian Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mempunyai tujuan baik yang bersifat umum maupun khusus sehingga dapat memberikan arah terhadap peristiwa yang akan dikaji. 1. Tujuan Umum a. Menuntut Ilmu semata-mata untuk beribadah kepada Allah Subhanallahu wa ta’ala. b. Merekonstruksi peristiwa masa lampau secara kritis, analitis, sistematis dan logis. c. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai kelulusan. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui sejarah Keraton Surosowan Banten b. Mengetahui fungsi dan peran Keraton Surosowan Banten c. Mengetahui kajian arkeologi Keraton Surosowan Banten D. Manfaat Penelitian Penulisan Karya Ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat baik yang bagi para pembaca maupun bagi penulis sendiri. 1. Bagi penulis untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai Keraton Surosowan Banten. 2. Bagi siswa untuk membantu siswa dalam menambah wawasan dan pengetahuan di luar sekolah dalam sejarah. E . Sistematika Penulisan Karya tulis ilmiah ini terdiri atas 3 bab. Pada bab I pendahuluan, bab II pembahasan, bab II penutup serta daftar pustaka dan lampiran. BAB II LANDASAN TEORI Keraton merupakan kumpulan bangunan tempat tinggal raja dan keluarganya. Sekaligus dijadikan sebagai pusat kegiatan polittik, ekonomi, social, serta budaya. Selain itu biasanya para pejabat tinggi kerajaan, bangsawan dan keluarga raja biasanya tinggal di sekitar istana juga. Keberadaan Keraton dalam suatu kerajaan sangatlah berperan sangat penting karena sebagai bangunan inti yaitu sebagai pusat kerajaan pusat kota. Keraton Surosowan adalah sebuah keraton di Banten. Yang dibangun sekitar tahun 1552-1570 pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, yang di kenal sebagai pendiri dari Kesultanan Banten. Bentuk keraton Surosowan mulai mengalami perubahan pada masa pemerintahan Sultan Haji tahun 1672-1678. Perubahan bangunan ini dilakukan karena keraton mengalami kehancuran yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1680. Yang mana proses pembangunannya melibatkan arsitek yang ahli asal Belanda, yaitu Hendrik Lucasz Cardeel. Keraton dibangun dengan penambahan dinding di bagian sisinya. Dinding pembatas setinggi 2 meter mengitari area kraton sekitar kurang lebih 3 hektar, yang mirip sebuah benteng belanda yang kokoh dengan Bastion di bagian empat sudut bangunannya. Pada tahun 1808, Keraton mengalami kehancuran kembali oleh Belanda, sejak saat itu Keraton Surosowan hanya tinggal puing-puingnya saja. Dan saat ini sebagian besar sisa-sisa banguan masih terpendam di dalam tanah, dan hanya sebagian kecil yang sudah dimunculkan lewat beberapa kali evakuasi yang dilaksanakan oleh Direktorat Perlindungan dan Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Pusat Penelitian Arkeologi Nasional dan Universitas Indonesia sejak 1967. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Keraton Perlu kita pahami bahwa, Keraton berasal dari kata ka-ra-tuan yang berarti tempat tinggal raja atau ratu. Keraton juga disebut dengan istilah kedaton yang berasal dari kata ke-datu-an, yang berarti yaitu memiliki arti tempat datu-datu atau ratu-ratu (raja-raja). Dalam bahasa indonesia disebut istana tetapi istana bukan keraton, karena istana hanya menunjukkan arti tempat raja sedangkan keraton memiliki arti yang lebih luas. Yang mana, selain dijadikan sebagai tempat tinggal keraton juga berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan kebudayaan. Selain itu biasanya para pejabat tinggi kerajaan, bangsawan dan keluarga raja biasanya tinggal di sekitar istana juga. Keberadaan keraton dalam suatu kerajaan sangatlah berperan sangat penting karena sebagai bangunan inti yaitu sebagai pusat kerajaan pusat kota. Menurut pandangan kosmologis dan religiumagis yang bersumber pada tradisi bangsa Indonesia, keraton merupakan pusat kekuatan gaib yang berpengaruh pada seruruh kehidupan masyarakat. B. Fungsi dan Peran Keraton Keraton merupakan bangunan yang amat penting. Seperti halnya Keraton pada umumnya di Jawa, Keraton juga di samping itu dijadikan sebagai alat pengintaian musuh dan pertahanan dari serangan musuh yang hendak melawan. Dan Keraton juga berfungsi, yang mana dapat dikatagorikan menjadi dua fungsi yaitu fungsi Keraton sebelum kemerdekaan Republik Indonesia dan pada masa kemerdekaan Republik Indonesia. Pada masa sebelum kemerdekaan RI: • Sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya • Sebagai pusat pemerintahan • Sebagai pusat kebudayaan dan perkembangan Pada masa setelah kemerdekaan RI • Sebagai objek wisata dan pengembangan ilmu pengetahuan • Sebagai museum Perjuangan Bangsa C. Sejarah Keraton Surosowan Berdasarkan sejarah, Keraton surosowan berdiri pada abad 17 (1552-1570) merupakan bangunan yang memegang peranan sangat penting bagi sebuah kerajaan. keraton Surosowan juga memiliki makna ganda, yakni sebagai bangunan tempat tinggal sultan dan keluarganya serta perangkat kerajaan lainnya, dan sebagai pusat kerajaan Banten. Mengikuti pola umum tata kota kerajaan Islam di Indonesia, keraton Surosowan juga merupakan pusat kota Banten. Demikian pula, alun-alun terletak di sebelah Utara keraton, mesjid Agung Banten di sebelah Barat keraton, pasar Karangantu di sebelah timur, dan pelabuhan berada di sebelah utara. Nama Keraton Surosowan diberikan oleh Sultan Hasanuddin atas petunjuk ayahnya, Sunan Gunung Jati. Sementara itu, ada orang Belanda yang menyebutnya Fort Diamont 'Kota Intan'. Sementara itu, dalam Sajarah Banten, Keraton Surosowan disebut juga dengan Gedong Kedaton Pakuwuan. Keraton Surosowan dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552 - 1570). Sebagai pendiri Keraton, Sultan Hasanuddin diberi gelar Maulana Hasanuddin Panambahan Surosowan. Penguasa Banten lain yang menggunakan nama Surosowan dalam gelarnya adalah Sultan Muhammad yang naik takhta tahun 1580, yakni Kanjeng Ratu Banten Surosowan. Keraton Surosowan dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552--1570), sedangkan tembok kelilingnya (benteng) yang terbuat dari bata dan karang dibangun oleh Maulana Yusuf (1570--1580). Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651--1672), keraton ini hancur akibat terjadi peperangan dengan Sultan Haji yang dibantu Belanda. Pada masa pemerintahan Sultan Haji (1672--1678) keraton ini dibangun kembali di atas puing-puing Keraton Sultan Ageng Tirtayasa yang sudah rata dengan tanah. Pendirian keraton ini dikerjakan oleh arsitek Belanda bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel tahun 1680-1681. Pada tahun 1808 terjadi perselisihan Sultan Banten dengan Belanda. Pada tahun itu juga Keraton Surosowan dihancurkan oleh Belanda di bawah pimpinan Daendels. Penghancuran tersebut berlangsung hingga tahun 1832. Sebagian material bangunannya diambil untuk membangun bangunan Belanda lainnya. Menurut ahli sejarah, dinding kediaman Sultan Banten dibuat dari bata dan dibangun lebih tinggi dari daerah sekitarnya serta diberi tembok keliling (benteng). Atapnya bersusun dua terbuat dari genteng. Selain tempat tinggal Sultan, di dalam benteng terdapat pula bangunan-bangunan untuk istri dan kerabat Sultan. Tempat kediaman Sultan berbentuk empat persegi panjang dan terletak berdekatan dengan kolam Pancuran Mas. Bangunan-bangunan di dalam Keraton Surosowan itu dibuat dengan menggunakan bata dan batu karang. Di bagian lain terdapat beberapa kandang kuda dan tempat keretanya. Tembok keliling (benteng) Keraton Surosowan yang terbuat dari bata dan batu karang dibangun oleh Maulana Yusuf (1570-1580). Pada masa Sultan Muhammad berkuasa (1580 -1596), keraton ini pernah dibakar oleh Yudanegara. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa (1651-1672) keraton ini hancur akibat terjadi peperangan dengan Sultan Haji yang dibantu Belanda. Pada masa pemerintahan Sultan Haji (1672-1687) keraton ini dibangun kembali di atas puing-puing Keraton Sultan Ageng Tirtayasa yang sudah rata dengan tanah. Pendirian Keraton dikerjakan oleh arsitek Belanda bernama Hendrick Lucaszoon Cardeel pada tahun 1680- 1681. Pada tahun 1808 terjadi perselisihan Sultan Banten dengan Belanda. Pada tahun itu juga Keraton Surosowan dihancurkan oleh Belanda pimpinan Daendels. Penghancuran tersebut berlangsung hingga tahun 1832. Sebagian material bangunannya diambil untuk membangun bangunan Belanda lainnya di Serang dan sekitarnya Keraton Surosowan saat ini telah hancur. Sisa-sisa bangunan yang masih terlihat jelas hanyalah tembok keliling Keraton, beserta sebagian sisa-sisa fondasi, lantai, dan sebagian kecil dinding bangunan di dalam Keraton. Tembok benteng Keraton yang masih tampak itu, berukuran 300 x 100 meter dengan lebar 3-5 meter. Kompleks Keraton Surosowan ini letaknya menghadap ke utara dan pintu rnasuknya terdapat pada sisi utara dan sisi timur. Pada keempat sudut tembok keliling terdapat bagian yang menjorok keluar, yang disebut dengan bastion. Pada bagian dalam keempat sudut tersebut terdapat pintu masuk menuju ruangan di dalam tembok. Keraton ini dulunya dikelilingi oleh parit sebagai bagian dari sistem pertahanan . Sebuah berita asing yang dianggap tertua memberikan informasi tentang Keraton Surosowan. Berita itu diperoleh dari Verhaghen berdasarkan kunjungannya pada bulan Maret 1600. Di sana juga terdapat ruangan yang disediakan bagi para perajin (di antaranya perajin emas) dalam kedudukannya sebagai budak untuk melakukan pekerjaannya. Kemudian ia berjalan melalui pintu gerbang kedua yang diukir indah sekali, diapit oleh dua rumah sederhana yang diperuntukkan bagi budakbudak milik. Kemudian ia sampai di lapangan luas (alun-alun) dan masjid kerajaan. Pada sisi kiri terdapat rumah jaga lainnya dengan pengawal bukan bangsawan (orang biasa). Antara rumah jaga dan jalan masuk ke istana terdapat portal yang diukir. Dari sinii seseorang dapat melihat satu kolam kecil dan sebuah balai atau paviliun di atas tiang (rumah panggung), tempat ditebarkannya tikartikar yang dianyam indah sekali. Menurut Paulus van Solt, bahwa sebagian bahan yang digunakan untuk bangunan dalam Keraton adalah kayu dan bambu. Diceritakan pula bahwa Keraton menghadap ke utara dan dikelilingi parit serta rumah-rumah kecil. Di sebelah kanan gerbang utama terdapat rumah jaga dan setelah melalui pintu masuk Keraton terlihat ada tempat terbuka dengan tiang dan permadani. Bangunan di kompleks keraton ini dikatakan pula pernah rusak terbakar pada tahun 1605 dan 1607. Kerusakan berikutnya terjadi ketika terjadi peperangan antara Sultan Ageng Tirtayasa dan Sultan Haji (sekitar 1672). Namun, Lucas Cardeel kemudian mengadakan renovasi kembali untuk Sultan Haji, pada tahun 1680 - 1681. Tidak diketahui dengan pasti apakah pada tahun-tahun setelah pemerintahan Sultan Haji, bangunan Keraton dan benteng Surosowan mengalami perombakan-perombakan. Berita-berita yang diperoleh hanyalah mengenai kerusakan Keraton tanpa keterangan adanya perbaikan. Seorang pegawai tinggi khusus dari Dewan Hindia Belanda, W.H. Van Ijsseldijk, pada tanggal 9 September 1808 pernah berjalan-jalan melewati tembok kediaman Sultan. Dikatakan bahwa tempat itu tidak menarik, tua, dan rusak. Pada tahun ini juga Komandan Philips Pieter Der Puy terbunuh di dalam Keraton Surosowan. Akibatnya Keraton dan benteng Surosowan dihancurkan oleh Daendels dalam tahun itu juga. Penghancuran tersebut berlangsung hingga tahun 1832. Hancurnya Surosowan mengakibatkan dibangunnya Keraton Kaibon sebagai pusat pemerintahan yang baru pada masa sultan Muhammad Syafiuddin (1808 -1813). Dinding kediaman Sultan Banten dibuat dari bata dan dibangun lebih tinggi dari daerah sekitarnya serta diberi tembok keliling (benteng). Atapnya bersusun dua terbuat dari genteng. Selain tempat tinggal Sultan, di dalam benteng terdapat pula bangunan-bangunan untuk istri dan kerabat Sultan. Tempat kediaman Sultan sendiri berbentuk empat persegi panjang dan terletak berdekatan dengan kolam Pancuran Mas. Bangunan-bangunan di dalam Keraton Surosowan itu dibuat dengan menggunakan bata dan batu karang. Di bagian lain terdapat beberapa kandang kuda dan tempat keretanya. Pembangunan Kota Banten Lama mulai berkembang pesat dan "modern" setelah kedatangan Belanda. Wouter Schouten dalam Oost-Indische Voyagie (1676) mengatakan bahwa pada tahun 1664 Banten sudah dikelilingi tembok bata yang kuat dan bermeriam. Pada masa pemerintahan Sultan Abu Nasr Abdul Qahhar (1672-1687), Keraton Surosowan diberi benteng keliling . Sehingga, keraton Surosowan yang ada sekarang ini merupakan sisa dari sisa-sisa kehancurannya. D. Kajian Arkeologi Keraton Surosowan Keraton Surosowan salah satu peninggalan zaman purbakala Banten yang memiliki tiga gerbang masuk, masing-masing terletak di sisi utara, timur, dan selatan. Namun, pintu selatan telah ditutup dengan tembok, tidak diketahui apa sebabnya. Pada bagian tengah keraton terdapat sebuah bangunan kolam berisi air berwarna hijau, yang dipenuhi oleh ganggang dan lumut. Di keraton ini juga banyak ruang di dalam keraton yang berhubungan dengan air atau mandi-mandi (petirtaan). Salah satu yang terkenal adalah bekas kolam taman, bernama Bale Kambang Rara Denok. Ada pula pancuran untuk pemandian yang biasa disebut “pancuran mas”. Kolam Rara Denok berbentuk persegi empat dengan panjang 30 meter dan lebar 13 meter serta kedalaman kolam 4,5 meter. Ada dua sumber air di Surosowan yaitu sumur dan Danau Tasikardi yang terletak sekitar dua kilometer dari Surosowan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sisa-sisa struktur bangunan keraton Surosowan baru berhasil dimunculkan lewat serangkaian penelitian arkeologi pada bagian tengah keraton. Sementara itu, sisi sebelah barat dan timur bagian dalam keraton masih berupa gundukan tanah yang ditumbuhi rerumputan. Khusus untuk struktur meliputi areal yang cukup luas dan temuan yang cukup padat, maka dibagi menjadi sector. Dari analisis struktur bangunan, diketahui bahwa ada beberapa tipe pondasi digunakan di keraton Surosowan. Tipe yang banyak digunakan adalah tipe yang terdiri atas enam lapisan; dua lapisan terbawah menggunakan karang berbentuk kotak seadanya, dan empat lapisan di atasnya menggunakan bahan bata. Tiap lapisan disusun sedikian rupa sehingga tersusun secara simetris makin ke atas makin mengecil. Dari struktur dinding juga diketahui terdapat beberapa tipe, umumnya adalah berupa susunan bata utuh sedemikian rupa sehingga dari sisi luar dinding terlihat: lapis pertama berupa susunan sisi tebal-panjang bata (strek), lapis kedua berupa susunan sisi tebal-lebar bata (kop), lapis ketiga kembali sama seperti lapis pertama,lapis keempat sama dengan lapis kedua, dan seterusnya. Sementara itu, dari struktur lantai diketahui bahwa digunakan dua bahan yaitu ubin (untuk ruang yang penting) dan bata (untuk ruang yang kurang penting dan jalan/gang). Struktur bangunan juga diketahui bahwa keraton Surosowan yang tampak sekarang ini juga dibangun secara bertahap. Dari analisis tata letak bangunan, khususnya struktur bangunan di dalam komplek keraton, diperoleh terdapat: kediaman sultan, bangunan untuk istri dan kerabat keraton, bangunan terbuka dengan tiang dan permadani, Roro Denok (kolam dan bale kambang), kolam Pancuran Mas, Siti luhur, Made bahan, Made mundu, Made gayam, kandang kuda, dan tempat kereta kuda. Berdasarkan data penelitian di dalam kerton yang masih terlihat dapat dikatakan bahwa bangunan yang dianggap sama yaitu: kolam Roro Denok (sector D) dan kolam Pancuran Mas 6 (Sektor G). Bangunan kediaman sultan terletak antara kolam Pancuran Mas, bagian utara (depan) sektor ini terdapat 20 umpak sebagai dasar tiang, terdiri atas 12 umpak di sisi barat dan 8 umpak di sisi timur. Mungkin dua kelompok umpak ini dahulunyamerupakan dua bangunan panggung yang saling berhadapan. Di tengah “halaman” antara dua kelompok umpak tadi terdapat sisa struktur lengkung tapal kuda, yang diduga reruntuhan gapura di depan bangunan ini. Di sebelah selatan (belakang) sektor ini terdapat ruang-ruang dan kolam mandi dengan tangga ke dalamnya. Selain itu, madhebahan menurut naskah G LOr 27389 adalah gapura besar keraton; madhemundu dan madegayam adalah pos jaga yang terdapat di madhebahan; dan didekat madhegayam terdapat sitiluhur yang letaknya bersebelahan dengan gudang senjata dan kandang kuda. Secara keseluruhan, berdasarkan peta tahun 1900, tata letak keraton Surosowan berbeda dengan keraton Cirebon, Yogyakarta dan Surakarta. Jika pada keraton di Cirebon, Yogyakarta, dan Surakarta terbagi atas tiga halaman, maka keraton Surosowan secara garis besar hanya memiliki dua halaman (di luar dan di dalam benteng). Di dalam benteng terdapat : (a) istana sultan, (b) kolam Roro Denok, (c) Datulaya, (d) kolam Pancuran Mas, (e) gerbang utara, dan (f) gerbang timur. Sementara, di luar benteng terdapat : (a) alun-alun, (b) watu gilang, (c) mesjid Agung Banten, (d) bangunan Tiyamah, (e) srimanganti, (f) meriam Ki Amuk, dan (g) baledana. Sementara itu, berdasarkan analisis hubungan lokasional dan fungsional diketahui bahwa semua struktur bangunan yang tampak sekarang saling berhubungan dan memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Bangunan di dalam benteng sebelah kanan/barat (sektor A) berkaitan dengan bangunan persenjataan dan pertahanan. Bangunan di depan gerbang sebagai bangunan utama ‘kantor’ dan aktivitas sultan (sektor B sisi Timur), dan sebagai bangunan tenaga pendukung atau pelayan kerajaan (sektor B sisi Timur) serta sebagai tempat kediaman kerabat sultan (sektor B sisi selatan). Di sebelah timur sector B , terdapat kediaman sultan (sektor E) dan taman kolam Roro Denok dengan bale kambangnya di depannya (sector D). Bangunan-bangunan pada sisi selatan keraton berkaitan dengan penampungan air bersih, pemandian, dan bak pengaturan air kotor (sektor G) , serta sebagai bangunan ‘karyawan’ keraton (sektor H). BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Keraton berasal dari kata ka-ra-tuan yang berarti tempat tinggal raja atau ratu. Keraton juga merupakan bangunan yang amat penting. Seperti halnya Keraton pada umumnya di Jawa, Keraton juga di samping itu dijadikan sebagai alat pengintaian musuh dan pertahanan dari serangan musuh yang hendak melawan. Keraton Surosowan dibangun pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin (1552 - 1570). Sebagai pendiri Keraton, Sultan Hasanuddin diberi gelar Maulana Hasanuddin Panambahan Surosowan. Penguasa Banten lain yang menggunakan nama Surosowan dalam gelarnya adalah Sultan Muhammad yang naik takhta tahun 1580, yakni Kanjeng Ratu Banten Surosowan. keraton Surosowan secara garis besar hanya memiliki dua halaman (di luar dan di dalam benteng). Di dalam benteng terdapat : (a) istana sultan, (b) kolam Roro Denok, (c) Datulaya, (d) kolam Pancuran Mas, (e) gerbang utara, dan (f) gerbang timur. Sementara, yang di luar benteng terdapat : (a) alun-alun, (b) watu gilang, (c) mesjid Agung Banten, (d) bangunan Tiyamah, (e) srimanganti, (f) meriam Ki Amuk, dan (g) baledana. B. Kritik dan Saran Berdasarkan hasil penelitian di atas, saran kami adalah terus lestarikan Keraton Surosowan Banten dengan cara menjaga dan merawat bangunan dan tata ruang serta benda – benda peninggalan sultan-sultan. Karena Keraton Surosowan ialah sebuah peninggalan sejarah yang mengandung banyak arti, arti keagamaan, arti filsafat dan arti kultural ( kebudayaan ). Yang masih menjunjung tinggi nilai – nilai filosofinya. DAFTAR PUSTAKA https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/Sejarah-Indonesia-Semester-1-Kelas-XI https://buku.kemdikbud.go.id/katalog/Sejarah-Indonesia-Semester-2-Kelas-XI https://kabarbanten.pikiran-rakyat.com/seputar-banten/pr-596050993/keraton-surosowan-banten-berikut-fungsi-dan-sejarah-berdirinya https://museumnusantara.com/keraton-surosowan/ https://id.wikipedia.org/wiki/Keraton_Surosowan https://scholarhub.ui.ac.id/kajian_arkeolog_keraton-surosowan/ https://perpusmanja.files.wordpress.com/2019/01/buku-siswa-kelas-11-sejarah-indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar